Pembangunan GWK

on Rabu, 13 November 2013
NASIONAL

Pembangunan Patung GWK Menelan Dana Rp450 Miliar

Kamis, 22 Agustus 2013 | 20:02 WIB
TERKAIT

“Saya tidak akan merubah potongan patung Wisnu dan Garuda yang sudah ada saat ini. Saya akan mendirikan sebuah monumen terbaru GWK yang berjarak 300 meter dari area patung sebelumnya,” ujar seniman pembuat GWK Nyoman Nuarta dalam jumpa pers di Jendela Bali Kafe, Kawasan GWK, Uluwatu, Ungasan, Bali, Kamis (22/8) sore.

Pada acara tersebut, hadir Direktur Utama PT Garuda Adhimatra Indonesia (GAIN) Harjanto Tirtohadiguno, Ketua Yayasan GWK I Gde Ardika, Pemerhati Budaya Bali Jean Couteau, dan moderator Putu Fajar Arcana. Para pembicara menyampaikan perihal pendanaan dan rencana peletakan batu pertama pembangunan lanjutan GWK yang akan dilangsungkan pada Jumat (23/8).

“Semua anggaran akan didanai oleh pihak swasta (PT GAIN). Keterlibatan pemerintah masih minim dalam proyek terbaru ini. Ini swasta murni. Kami hanya minta pemerintah untuk membantu perizinan saja. Artinya, hanya untuk mempermudah urusan saja,” ujar Nyoman.

Harjanto mengungkapkan, alokasi dana tahap pertama hanya untuk memberikan kemudahan kepada sang seniman untuk bisa menyelesaikan proyek yang sempat terbengkalai itu.

“Anggaran tahap pertama Rp450 miliar. Kami sudah mengetahui prospek ke depannya sehingga berani mendukung pembangunan monumen GWK yang baru ini,” jelasnya.

Pembangunan patung terbaru itu akan dilakukan di Bukit Ungasan. Spesifikasi patung, yaitu memiliki tinggi patung 75 meter, lebar 64 meter, tinggi pedestal 60 meter, tinggi patung dan pedestal 126 meter, dan tinggi dari permukaan laut 276 meter.

Lalu, bahan patung terbuat dari tembaga dan kuningan, sementara struktur kulit patung (stainless steel), finishing (patina), berat patung (3000 ton), jumlah segmen (25 potongan), serta jumlah modul (754 potongan).

“Semua sedang diangkut menggunakan 3000 truk dari Bandung ke Bali. Besok (hari ini) sudah tiba sehingga sudah mulai dikerjakan,” timpal Nyoman.

Pembangunan GWK pertama kali dilakukan pada 1997. Saat itu, diharapkan pada 2000 monumen tersebut dapat digunakan sebagai simbol pariwisata Bali umumnya, dan Indonesia khususnya. Namun, karena krisis ekonomi pada Oktober 1997, maka pembuatannya mengalami gangguan akibat dana yang minim.

Meskipun saat itu krisis moneter, namun Nyoman tetap melakukan langkah-langkah sosial sehingga mendirikan GWK Expo. Pada expo yang menempati lahan 10 hektare saat itu, Nyoman hanya memamerkan potongan patugn Wisnu yang kemudian dinamakan Plaza Wisnu. Beberapa saat berikutnya potongan Kelapa Garuda dibangun di area Lotus Pond.

Kini, GWK menempati 60 hektare dan telah menjadi Taman Budaya. Pelaksanaan patung GWK yang utuh ditargetkan akan selesai pada 2017 mendatang.

“Masih ada tiga tahun. Saya bersama tim akan menyelesaikan dengan semaksimal mungkin,” tandas Nyoman.

Couteau menilai pembangunan patung Dewa Wisnu yang sedang menaiki Garuda itu akan menjadi sebuah visi yang patut didukung. Ia menilai kemampuan Nyoman bersama tim ahli dapat menjadi bukti untuk memeberikan sumbangsi dalam dunia seni internasional.

“GWK penuh makna karena Wisnu adalah lambang dewa Hindu Bali sebagai dewa yang melestarikan Bali, dan burung Garuda sebagai lambang negara Indonesia. Tujuannya, yaitu menampung kultural nasional dan internasional,” jelasnya.

Pembangunan GWK akan menjadi sebuah monumen tertinggi dunia yang dihitung dari dasar permukaan air laut (dpl).

“Bila selesai tepat waktu, tinggi GWK akan melebihi Patung Liberty dan Menara Pizza,” aku Couteau.

Jim Supangkat, kurator nasional, mengaku pembangunan monumen GWK yang baru dan utuh menjadi bukti seniman Indonesia memiliki kemampuan dunia. Hal itu berguna agar mata dunia semakin tertuju ke Indonesia. “Ini akan menjadi lambang peradaban. Saya yakin dengna kemampuan Nyoman sehingga kami dukung agar bisa terselesaikan pada tiga tahun ke depan ini,” pungkas Jim. (Iwan Kurniawan)

Editor: Kesturi Haryunani
Komentar

0 komentar:

Posting Komentar